Meskipun
tidak akan dipusingkan dengan segala macam urusan administrasi seperti di Indonesia, tapi saya tetap
bertanya-tanya dalam hati, bagaimana 3 orang Professor yang merupakan dedengkot
dalam bidang ilmunya masing-masing akan bisa bekerja sama secara baik dan
seimbang demi menghantarkan saya menyematkan D dan r di depan nama yang sudah diberikan
orang tua. Terbiasa dengan dua pembimbing selama di Universitas Andalas, akan
bagaimana jadinya nanti bekerja di bawah arahan 3 orang pria yang dalam pandangan
realita saya merupakan manifestasi segitiga tak mungkin (Impossible Triangle).
1. Professor Michio Matsumura.
Merupakan
pembimbing utama, orang yang telah memberikan selembar surat berlambang Osaka
University di atasnya, dengan kalimat pembuka to “Whom it may Concern”. Surat berharga ini telah menghantarakan saya
menjadi penerima Beasiswa Unggulan gelombang pertama. Beliau adalah Direktur Research Center for Solar Energy Chemistry di
Osaka University. Hampir setiap orang yang saya ajak bicara di kampus
mengatakan bahwa beliau adalah orang yang baik. Memang benar. Siapapun akan
terkejut waktu saya ceritakan bahwa 3 hari pertama berada di Osaka beliaulah
yang mengantarkan saya kemana-mana dengan mobilnya untuk menyelesaikan
pengurusan Alien Card di City Hall, membuka rekening Bank di
Sumitomo Mitsui Banking Corporation, serta mengurus pelaporan ke Student
Office. Beliau juga suka mengingatkan tentang makanan halal dan haram serta waktu
dan tempat untuk shalat lima waktu. Walau sedang diskusi sekalipun , beliau
akan mempersilahkan mengerjakan shalat selama yang kita mau. Andai saja dia
masuk Islam.
Orangnya
juga suka bercanda, senang menyapa, dan yang penting, tidak pelit. Utnuk ukuran
Professor Jepang, kakek yang satu ini tergolong santai. Beliau tidak memasang
target apa-apa pada studennya, pulang dari lab boleh jam 5 sore serta presentasi
progress report cukup 2 kali setahun saja. Mau tamat..? 1 publikasi internasional
sudah lebih dari cukup. Tapi anehnya, meski tidak ketat terhadap mahasiswanya,
publikasi beliau selalu kosntan. Relasi hingga mantan mahasiswanya membentang
dari jepang, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Kore, China, India, terus ke Inggris
dan Jerman. Beliau juga sangat terkenal di kalangan Industri Jepang. Setiap hari
selalu saja ada pihak perusahaan yang datang bertamu dengan sekantong besar Cake
di tangan mereka. Kalau sudah begini, ruang makan pada saat lunch time pasti dipenuhi kue-kue mahal
ala Paris. Hhhh tapi sayang , sedikit yang halal untuk dimakan. Sekali waktu
beliau memberi tahu saya bahwa kue yang sedang terhidang di meja hanya terbuat
dari telur dan tepung. Kue khas warisan Portugis yang hanya ada sekali setahun
itupun saya cicipi sepotong dengan sukses. Ketika semua member sudah kembali
bekerja, saya balik lagi keruang makan untuk menebus kekesalan saya pada
kue-kue lainnya dengan menghajar 3 potong kue langka tersebut. Ahh sedapp.
Ciri
khas keberadaan beliau di lab adalah, minum kopi pahit 3 kali sehari.
Matsumura
sensei, pakar thin film solar cell
dan reaksi konversi gas karbon monoksida, menempati sudut pertama pada segitiga
ini.
2. Professor Tatsuki kitayama
Dialah
orang yang membuat saya merasa bahwa pembimbing saya seperti nya akan main
jungkat-jungkit. Berada pada sisi yang berlawanan dengan Matsumura sensei,
pakar sintesis polimer ini adalah tipe orang yang serius, hanya membicarakan
pekerjaan dan tidak suka berbasa-basi. Wajahnya menunjukan bahwa dia adalah
orang baik, tapi mungkin karena lama di Amerika membuat keramah-tamahan ala Jepangnya
menguap ketika menyeberangi lautan Pasifik. Sikap cueknya sukses dibayar dengan
tunai oleh kejeniusannya dalam Kimia Polimer. Sampai hari ini saya masih being impressed oleh kefasihanyya “menyanyikan”
buku “An Introduction to Polymer Science”
karangan Hans Georg Elias (Wiley Publisher, 2005) mulai dai bab satu sampai
tiga. Sementara saya yang sudah belajar habis-habisan selama 3 minggu hanya
bisa memahami judul tiap Babnya saja. Anggota aktif IUPAC dan penyusun Compendium of Polymer Terminology and
Nomenclature, an IUPAC Recommendation 1998 ini, sejak 2004 telah secara
konstan menampilkan namanya di jurnal-jurnal bergengsi dunia. Jangan
tanya saya dia makan apa, karena saya sendiri curiga kalau dia memiliki Ilmu
dari salah satu cabang perguruan silat di Indonesia, Panca daya. Pasalnya, dengan
hanya memperlihatkan judul paper terbaru tentang polimer, dengan American
Englishnya yang fasih dia akan bilang, Nothing special about this article
because bla-bla,xxxxx,#$%^&*(Y^($#@. Dilain kesempatan dia akan bilang, ohh
I know him. He was…..xxxxx@$%%T^^*(%$. Saya jadi penasaran apa yang tidak
diketahuinya tentang polimer. ????
Sejauh
ini, satu-satunya hal menarik dari mengunjungi Lab Kitayama sensei ada di dekat
pintu masuk kantornya. Yupp, sekretarisnya. Hihihi,…jangan mesum dulu. Memang sih
orangnya cantikkkkkk, tapi lebih dari itu, Ms. Hiroko Motomura sangat ramah dan
bisa berbahasa Indonesia. Saya penasaran
bagaimana beliau bisa betah bekerja dengan sang Professor. Kalau anda? Pasti penasaran
dengan wajah nya kan? Okehhh, sebab saya lagi baik, tak bagi fotonya di sini.
Tapi
ingat, jangan disalah gunakan ya!!!!
Kitayama
sensei, berada di sudut kedua dari segitiga tak mungkin.
3. Professor Toshihiro Ohnishi
Melengkapi
sudut terakhir yang dubutuhkan untuk membangun sebuah segitiga, dengan
kepribadiannya yang tidak biasa menjadikan gabungan ketiganya sebagai segitiga
tak mungkin yang luar biasa. Merupakan adik kelas dari Matsumura sensei, beliau
adalah orang yang bahasa Inggris lisannya paling parah. Tapi jangan anggap
remeh ya, posisinya di Sumitomo, perusahaan konglomerasi Jepang sangat penting.
Satu dari dua orang Fellow Researcher, sekaligus pemegang lisensi organic solar
cell tipe sub modul dengan efisiensi tertinggi di dunia sejak tahun 2010. Belum
terkalahkan.
Mungkin
karena bekerja di perusahaan, yang diharapkannya setiap kali datang ke lab
adalah report. Tidak ada kemajuan pun tidak apa-apa. Yang penting ada report, 2
kali seminggu. Ditekankan juga agar menggunakan bahan kimia sehemat mungkin,
padahal member lab. Matsumura sensei terbiasa bereksperimen sebebasnya karena punya
dukungan dana berlimpah . Filamen emas, pakai saja sepuasnya. Plat ITO yang
susah didapatkan di Indonesia, potong sesuka hati. Kalau potongannya tidak
lurus, buang saja ke tong sampah, ambil yang baru. Hmm jadi ingat riset adik-adik
di UNAND.
Ciri
khas Ohnishi sensei adalah suka membenturkan kepalanya ke laptop yang sedang
menyala (hehe lebih tepatnya menempelkan sihh) seraya mengambil pose sedang
tertidur. Ini pertanda kalau beliau sedang berpikir keras untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahn dalam riset kami. Ciri lainnya, suka berjalan mendekati
mahasiswanya yang sedang mengetik di meja masing-masing, setelah dekat,
berbalik arah kembali ke ruangannya, lalu balik lagi meja mahasiswa yang lain
sambil menggumamkan mantra-mantra solar cell.
Dengan
demikian, apa jadinya saya 3 tahun ke depan? Pertanyaan spesifiknya, dapatkah
saya memecahkan misteri segitiga tak mungkin
ini sebelum lulus dari Osaka University. Hanya tuhan yang tahu. Saya..? Cukup bilang Ganbarimasu….!!!!