Meskipun
judulnya sama dengan salah satu program yang disiarkan oleh NHK World, tapi ini
bukan untuk mengulas program inspiratif tersebut. Tulisan ini merangkum
beberapa fakta menarik yang saya temukan selama beberapa minggu berada di
jepang. Wokehh langsung saja cekidot ke bawah gan.
1. Polisi di Jepang rata-rata sangat luar
biasa ramah. Keramah-tamahan adalah main
stream attitude di Jepang, tapi siapa sangka hal itu juga berlaku pada
polisinya. Setiap pagi dalam perjalanan ke kampus, biasanya korps berseragam hitam
ini berjaga di persimpangan jalan. Mereka dengan ramah menyapa pengguna jalan
dengan sapaan selamat pagi ala jepang “Ohayou gozaimasu..”. Kerapkali mereka
menyetop mahasiswa asing pengendara
sepeda untuk menanyakan apakah sepedanya sudah diregistrasikan atau belum (di
Jepang sepeda harus punya nomor registrasi).
Pertanyaan disampaikan dengan ramah, dibarengi dengan nasehat-nasehat
agar mereka serius belajar dan sukses membangun Negara. Lebih coolnya lagi,
kebanyakan polisi di sini adalah partu
alias partai tua.
|
Pak Tua yang rajin bekerja |
2. Orang jepang sangat mandiri, mulai
dari remaja sampai lansianya. Remaja jepang terbiasa bekerja part time sembari kuliah meskipun masih
ada dukungan dana dari orang tuanya. Bagi mereka yang tidak lagi didukung
secara financial oleh orang tuanya,
uang hasil kerja part time digunakan
untuk biaya hidup sehari-hari sementara tuition fee dibayarkan melalui sistem
uang pinjaman dari Negara yang dapat dibayar dalam jangka waktu tertentu begitu
selesai kuliah. Hal yang paling bertolak belakang dengan Indonesia adalah,
mahasiswa baik S1 maupun S2 sudah “pasti akan bekerja di mana” menjelang tamat
kuliah. Golongan kakek-nenek (usia 60 ke atas) yang seharusnya leyeh-leyeh di
rumah menghabiskan masa pensiun sembari menunggu wisuda terakhir untuk meraih gelar
almarhum, malahan bekerja pada bidang-bidang yang seharusnya butuh tenaga
ekstra seperti tukang parkir, cleaning service, sopir bus kampus, sopir taxi
atau petugas kebersihan. Meski tua, tapi kegesitan mereka dibandingkan dengan
pemuda Indonesia tidak berbeda jauh# Hiks, jadi malu sering ketinggalan kalau
lagi jalan sama Professor#. Beberapa sumber menyebutkan alasan mereka tetap
bekerja meski sudah lanjut usia adalah karena tidak terbiasa hidup santai serta
tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Parahnya (menurut saya), ketika mereka
sudah tidak sanggup lagi bekerja, mereka dimasukkan ke panti jompo karena tidak
ada yang akan merawat. Jadilah mereka lapangan kerja permanen bagi para TKI.
|
Salah satu Bank terbesar di Jepang |
3. Sistem perbankan di Jepang boleh
dibilang lebih syariah dari pada bank syariahnya Indonesia. Hehe. Bank di
Jepang tidak menerapkan bunga terhadap uang yang di tabung sehingga juga tidak
ada potongan perbulan. Jadi kalau kita menabung seribu yen, uang kita akan
tetap seribu yen sampai bertahun-tahun ke depan. Pada bank pemerintah (Japan
Post Bank), saldo 0 Yen pun masih akan tetap membuat akun kita aktif
(penasarankan mereka dapat untung dari mana?). Tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap Bank juga tinggi, terbukti dari kehidupan sehari-hari yang hampir sepenuhnya
menggunakan jasa bank. Membayar tagihan telepon, air, gas, listrik, asuransi,
sewa apartemen, uang kuliah, uang pendaftaran, sampai untuk belanja online. Sistem
tanpa bunga ini juga berlaku untuk kartu kredit yang dikeluarkan masing-masing
bank. Dengan demikian dapat dikatakan semua penduduk jepang yang sudah “mimpi
basah” (hehe) punya rekening bank. Hal ini tentu saja berimbas pada maraknya
online shop. Kita bisa belanja hampir semua kebutuhan hidup melalui internet .
misalkan anda lagi pengen makan mie instan tapi malas ke supermarket, tinggal
order lewat internet, pilih sistem pembayaran ; credit card atau cash on
delivery (COD). Yup, tinggal tunggu deh pesanan datang. Hehe.
|
Situs Belanja Online |
4. Akurasi waktu keberangkatan dan
kedatangan semua transportasi di Jepang benar-benar tinggi. Sejauh yang saya
uji, melesetnya hanya dalam hitungan detik. Mungkin karena di dorong oleh dua
faktor; watak orang jepang yang sangat disiplin serta ketergantungan pemerintah
terhadap transportasi massal, Mass Rate
Transportation (MRT) untuk menghindari kemacetan. Kereta api adalah
transportasi utama di Jepang. Ada yang berjalan di rel biasa seperti di
Indonesia (harga tiket paling murah), ada yang pada jalur subway (di bawah tanah), ada yang berjalan di udara seolah-olah
punya ilmu meringankan tubuh (monorail) serta yang tercepat yaitu shinkansen
(konon serasa naik pesawat). Bahkan
meski kereta termurah sekalipun, kenyamanan, kebersihan serta akurasi waktunya
tetap super duper baik.
Pernah
suatu pagi kami diundang makan oleh Ibu-Ibu pemilik apartemen. Ketika datang,
segala jenis makanan enak sudah menanti di meja makan. Bau harum dari masakan
jepang yang khas membangkitkan gairah (e,.???). Kami disuguhkan nasi beserta semangkuk besar
hidangan dari daging. Karena ragu itu daging apa, Kamipun bertanya itu daging
apa. Pemilik rumah yang sudah tau tentangn pantangan orang islam dengan pedenya
menjawab bahwa itu aman, karena dagingnya adalah daging sapi. Kami balik
bertanya, daging sapi yang “dihabisi” dengan cara Jepang atau daging Impor.
Dannnnn, ternyata itu adalah dagiing sapi yang di habisi dengan cara jepang alias
jahiliyah alias tidak disebutkan dulu nama Allah sebelum menyembelihnya.
Walhasil, dengan sopan dan penuh dukacita kami jelaskan bahwa kami tidak bisa
makan daging tersebut karena alas an tersebut di atas. Reaksi tuan rumah?
Beliau membungkuk-bungkuk berulang kali sambil minta maaf karena tidak tau akan
hal tersebut. Beliau bercerita bahwa tempo hari ketika menjamu orang islam dari
maroko dan Iran, mereka main hantam kromo saja dengan tipe makanan tersebut.
Bahkan si Iranian ikut serta minum sake meski tidak makan daging babi. Kami
jelaskan dengan penuh khidmat bahwa agama islam yang aslinya ya seperti ini.
Mungkin orang-orang tersebut kurang teguh menjaga prinsipnya. Ehhh si Ibu-Ibu
malah bilang, sughoiiii,sughoiiii (hebat, bagussss)….ya. dengan bersemangat
beliau memasak makanan baru dari telur dan ikan tanpa lupa menggosipkan tentang
si iran dan si maroko. Kamipun menunggu dalam lapar.
|
Sushi |
|
Takoyaki
6. Sebetulnya kita tidak perlu cemas
mencari makanan halal di jepang. Bahkan sebenarnya kita bisa menikmati kuliner
jepang dengan aman. Professor saya yang sangat baik hati pernah bercerita,
bahwa makanan asli jepang tidak mengenal yang namanaya daging babi. Bahkan
aslinya mereka tidak makan daging baik sapi, ayam apalagi babi. Traditional
cuisine jepang hanya mengenal ikan sebagai lauknya. Itupun tidak digoreng.
Ditreatment secara khusus (sehingga waktu dihidangkan tidak anyir dan berdarah),
paling banter ya di panaskan sedikit. Kalaupun digoreng biasanya memakai minyak
kedelai atau vegetables oil. Rasanya? Uenaaakkkkkkkkkk tenan. Daging sapi, ayam
dan babi adalah pengaruh budaya dari luar Jepang. Saya pribadi sangat menyukai
makanan asli jepang. Rasanya fresh, tanpa bumbu-bumbu isntan, menggunakan
rempah-rempah dan daun-daunan segar semata. Saya paling menyukai sushi,
sashimi, shisyoma, udon, soba takoyaki dan kuenya doraemon (dorayaki).
|
Kenyataanya, jepang memang cool~dinginnn…brrrr. Sekian dulu ya, nanti disambung lagi.
Waktunya mengeram di dalam futon. Jya, Oyasumi…
0 komentar:
Posting Komentar