Penelitian
di Jepang ternyata tidak selalu bergelimang dengan teknologi canggih dan
alat-alat lengkap. Ada kondisi di mana kreativitas dituntut untuk maju ke depan
mengatasi kebutuhan-kebutuhan akan hal tertentu dengan tetap memenuhi tujuan
yang ingin dicapai. bahkan seringkali, hal-hal kecil yang kita anggap remeh bisa mebantu kita mencapai kesuksesan dalam sebuah penelitian. seperti kata seorang ilmuan genetika Jepang, Professor Kazuo Murakami, ilmu pengetahuan itu ada yang ilmu penegtahuan siang dan ada ilmu pengetahuan malam. Ilmu pengetahuan malam adalah ilmu yang ada dilingkungan kita sehari-hari, yang kita dapatkan dari pergaulan, interaksi sosial bahkan meski hanya sekedar mengobrol di taman. Segalanya bisa dimulai dari yang sederhana. Sebagai contoh adalah foto di bawah ini.
Free radical Polymerization under nitrogen atmosphere |
Ini adalah foto salah satu eksperimen saya di laboratorium. Reaksi yang sedang saya jalan kan ini harus berada dalam atmosfer nitrogen selama 24 jam. Memang sih, di lab,
setiap meja eksperimen (bench) dilengkapi dengan Nitrogen Line, begitu juga dengan
lemari asam atau fume hood. Tetapi, ketika kita menjalankan reaksi kimia dengan
10 atau 20 kondisi yang berbeda sekaligus dalam satu oil bath yang sama, bisa
dibayangkan repotnya menyambungkan nitrogen yang line belum tentu cukup
sebanyak itu pada satu meja kerja. Maka datanglah sensei mengajari
saya, bahwa pada kasus seperti ini balon bisa berguna. Lucu ya? Balon untuk
mainan anak-anak bisa dipakai untuk membantu reaksi kimia berjalan pada kondisi
atmosfer nitrogen. Tapi itulah kenyataanya.
Kenapa
balon? Pertama karena dia kedap udara (ya pasti..). lalu yang kedua adalah
karena balon terbuat dari karet (ya pasti lagi...), sehingga saat tekanan pada sistem reaksi
meningkat sebagai akibat dihasilkannya gas selama reaksi berlangsung, maka
balon dapat menoleransi peningkatan takanan tersebut dengan cara mengembang.
Jika tekanan gas demikian kuatnya, balonlah yang jadi korban karena pecah
akibat tekanan, tetapi reaktor kita yang terbuat dari kaca bisa selamat. Jadi
balon membantu menjaga sistem reaksi tetap tertutup sekaligus mencegah pecahnya
reaktor akibat tekanan dari dalam, sekaligus juga menghemat uang lab karena pemakaian gas nitrogen bisa dikurangi.
Pertama
kali diajari cara ini, saya termangu-mangu sendiri. Ternyata kreativitas tidak
selalu harus rumit dan mahal. Hal-hal sederhanapun bisa menopang pencapaian
hasil yang besar. Jadi ingat hadist berikut..:"Rasulullah ketika dihadapkan pada dua pilihan, beliau selalu mengambil yang lebih mudah selama itu tidak dilarang agama."
Seketika saya mendapat pencerahan, jika nanti pulang ke Indonesia, teknik ini bisa diterapkan untuk menghemat pemakaian gas Nitrogen di laboratorium selama reaksi kimia berlangsung.
Seketika saya mendapat pencerahan, jika nanti pulang ke Indonesia, teknik ini bisa diterapkan untuk menghemat pemakaian gas Nitrogen di laboratorium selama reaksi kimia berlangsung.
Perlu
diingat, cara ini hanya berguna untuk reaksi yang membutuhkan nitrogen biasa
sebagai atmosfernya. Reaksi-reaksi yang sensitif terhadap uap air, yang
memerlukan dry Nitrogen, harus menggunakan molecular sieves dan manifold khusus
untuk menjalankannya. Penasarann..? Nanti dehh saya jelaskan. Hehe.
0 komentar:
Posting Komentar