Olah raga beladiri asing seperti kungfu, karate, judo, taekwondo dan boxing saat ini jauh lebih diminati oleh generasi muda di Indonesia, khususnya minangkabau. Perkembangan olah raga tersebut sehingga mendapat sambutan luas diseluruh dunia turut dibantu oleh promosi gencar dari media massa, dimana Negara asal beladiri itu sendiri merupakan Negara yang memiliki perekonomian kuat dan memiliki tradisi beladiri ribuan tahun. Kekokohan mereka di setiap Negara di bantu juga oleh manajemen pengelolaan organisasi yang rapi dan professional, sehingga perguruan-perguruan karate, judo, kempo dan kungfu mendapatkan banyak murid di seantero Indonesia.
Tulisan ini bukan saya maksudkan untuk mendiskreditkan organisasi beladiri tersebut, tetapi lebih untuk mengajak pembaca khususnya generasi muda untuk melihat kembali tradisi kearifan lokal Minangkabau dalam bentuk seni beladiri silat. Saya begitu terinspirasi oleh sebuah acara di sebuah TV swasta bertajuk “Pendekar” yang tayang tiap minggu malam jam 11.30. Pada dua episode berturut-turut ditampilkan profil tentang seorang guru silat terkenal dari ranah minang bernama Edwel Dt.Gampo Alam yang telah mengembangkan ilmu silat Harimau hingga terkenal ke mancanegara. Beliau memiliki banyak murid dan segudang prestasi bahkan ikut sebagai koreografer laga dalam film “merantau”. Silat harimau yang diajarkannya begitu diminati. Namun sayang, saya melihat bahwa ternyata jumlah muridnya lebih banyak orang asing semisal warga Perancis, Inggris dan Amerika ketimbang putra asli Minangkabau selaku pewaris tradisi itu sendiri. Saya melihat orang Perancis begitu bersemangat mempelajari silat Harimau tersebut baik pria maupun wanita yang bahkan sudah menetap untuk belajar di perguruan bapak Edwel selama bertahun-tahun.
Inilah kenyataan yang sedang terjadi di Minangkabau. Ilmu beladiri asli warisan leluhur sendiri kurang diminati, berganti dengan beladiri asing. Apapun jenis beladirinya sebenarnya baik untuk menempa jiwa dan fisik, namun silat minangkabau tentunya juga mengandung ajaran-ajaran kearifan lokal yang sesungguhnya ingin diwariskan oleh para pendahulu kepada kita, anak kemanakannya.
Anggapan bahwa seni beladiri silat kurang keren seringkali muncul akibat pengaruh medai yang lebih banyak menayangkan acara, baik film, berita, reality show yang mempopulerkan beladiri asing. Padahal, banyak orang dari luar negeri menilai bahwa silat minangkabau adalah beladiri yang hebat. Dia memiliki unsur kehandalan dalam pertarunggan maupun seni keindahan yang dapat ditampilkam dalam gerakan. Penulis pernah bergaul selama 3 bulan dengan seorang pemegang sabuk hitam DAN 7 kempo yang datang jauh-jauh dari Amerika ke Indonesia khusus untuk mempelajari silat. Berbagai kemahiran fisik dan teknik yang dimilikinya dapat dimentahkan dengan mudah oleh sang guru silat. Ini adalah bukti bahwa silat bukanlah ilmu beladiri yang sederhana, yang dapat diremehkan hanya karena jarang tampil di TV. Perguruan silat Sin lam Ba pernah sangat disegani hingga ke seluruh dunia karena keampuhan ilmunya sehingga mempunyai murid hingga 3 juta orang di Indonesia, tapi kemudian redup dimakan zaman. Terpecah-pecah karena ketiadaan manajemen organisasi yang mapan.
Jika kita mengikuti jejak pewarisan ilmu silat secara turun-temurun secara benar, maka kita akan menemukan bahwa untuk mendapatkan inti sejati ilmu silat tidaklah segampang yang sering dikatakan orang. Sebenarnya silat juga memiliki metode pelatihan fisik yang komplit jauh melebihi ilmu beladiri lainnya. Latihan dasar berupa ketahanan tubuh, pernafasan, lari cepat dan reflek semuanya ada dalam silat. Hebatnya lagi pelatihan fisik ini mendayagunakan sumber daya alam yang ada sehingga terasa lebih nyata pada tubuh. Siku dilatih dengan menghantam tempurung kelapa, keseimbangan dilatih dengan berjalan di atas batok-batok kelapa, kaki dilatih dengan menendang pelupuh betung, tangan dilatih dengan bergelayutan di dahan pohon. Pada tingkat selanjutnya ada juga latihan di dalam hutan, di bawah air terjun, di tengah-tengah kubangan sawah dan di dalam kegelapan malam. Semua bertujuan untuk mendekatkan diri pada alam serta menimbulkan kepekaan alami terhadap serangan musuh.
Silat juga mengandung nilai luhur penghormatan kepada orang yang lebih tua, sayang kepada saudara serta berguna bagi masyarakat. Tiap jurusnya diambil dari ajaran gerakan alam baik binatang, tumbuhan maupun fenomena sehari-hari. Kecerdasan dan kematangan berpikir lebih diutamakan daripada sekedar fisik saja. Sebagaimana tergambar dalam salah satu prinsip dasar pesilat tangguh “ringan indak ka dijinjiang, barek indak ka disandang”(ringan bukan untuk ditenteng, berat bukan untuk di sandang). Artinya dalam sebuah pertarungan kita tidak perlu menghabiskan banyak tenaga, tetapi lakukan dengan efektif, tanpa ada gerakan yang sia-sia, bahkan kalau perlu tidak perlu mengeluarkan satu gerakan pun untuk menjatuhkan musuh. Kecerdasan juga merupakan senjata pamungkas seorang pesilat. Pendekar yang benar-benar mumpuni menguasai anatomi tubuh manusia, letak titik darah, simpul saraf, sendi, titik vital dan laku utama pergerakan bagian tubuh manusia. Sehingga bukanlah mistis jika seorang pendekar dapat tahu gerakan lawannya sebelum gerakan itu selesai dilakukan, menjatuhkan lawan dengan satu jari bahkan hingga menjatuhkan lawan sebesar apapun dengan mudah.
Perguruan silat manapun di Minangkabau, apakah itu silat Kumango Bukittinggi, silat Starlak langkah tiga, silat Harimau, silat Lintau, silat Langkah Empat hingga silat Pauh, semuanya mengajarkan pokok pegangan yang sama kepada muridnya yaitu : “musuah indak dicari, batamu pantang diilakkan” (musuh tidak dicari, bertemu pantang dielakkan). Sebuah ajaran yang sesuai dengan ajaran islam bahwa kita tidak boleh diam saja kalau seandainya nyawa kita sudah benar-benar terancam dan tidak bisa dihindari lagi. Pepatah tersebut mengandung keberanian dalam rendah hati, kesabaran dalam kebenaran dan melestarikan ilmu untuk kemaslahatan orang banyak. Dengan pegangan itu anak muda minang dahulunya merantau ke seluruh pelosok dunia. Perantau minang dahulu sangat terkenal karena dua hal: pandai mengaji (paham agama islam) dan tangguh beladirinya. Mereka tidak akan merantau sebelum diakui sebagai pendekar oleh guru dan rekan-rekan sejawatnya.
Semoga tradisi kependekaran asli minangkabau bisa Berjaya kembali bersama munculnya bibit-bibit baru yang mengembangkan ilmu silat sepenuh hatinya.
SALAM PENDEKAR……………
0 komentar:
Posting Komentar